Perbedaan Pengobatan Chiropractic vs Dokter Ortopedi
A
A
A
JAKARTA - Pengobatan chiropractic kerap dipilih sejumlah penderita gangguan tulang belakang. Pasalnya, pengobatan ini tidak membuat pasien harus mengonsumsi obat.
Sayangnya, chiropractic tidak termasuk dalam ilmu kedokteran. Oleh karena itu, sebelum menjalankan pengobatan, pastikan klinik yang akan dikunjungi memiliki izin praktek.
Ketua Ortopedi Spine Indonesia dan Perhimpunan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia, dr Didik Librianto menjelaskan, chiropractic tidak termasuk dalam ilmu kedokteran, melainkan pengobatan tradisional.
"Chiropractic itu bukan bagian dari pendidikan ortopedi. Kita dari bagian tulang belakang tidak mengenal chiropractic," papar Didik di Jakarta.
Menurutnya, dokter ortopedi tidak boleh melakukan manipulasi berlebihan seperti terapi chiropractic. Sebelum melakukan pengobatan, dokter ortopedi harus melakukan pemeriksaan secara detail.
"Kita, kan nggak tahu di dalam ada infeksi tulang, apa ada yang rusak, tumor, pergeseran bantalan, kelainan bentuk, semua harus diperiksa dulu detail dulu baru kita tahu," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Dr I Oetama Marsis, SpoOG (K) mengatakan, untuk menjadi terapi chiropractic (chiropractor) harus melalui beberapa tahapan dan dilakukan oleh mereka yang memiliki basic kedokteran atau tidak.
"Untuk menjadi chiropractor pastinya harus dengan baik menguasai anatomi tubuh. Karena chiropractic ini dilihat tujuan awalnya, merupakan suatu terobosan dalam pengobatan neuromusculoskeletal terkait tulang belakang. Dokter wajib pelajari anatomi, peredaran darah untuk melihat ada kelainan tulang punggung," kata dia.
Sayangnya, chiropractic tidak termasuk dalam ilmu kedokteran. Oleh karena itu, sebelum menjalankan pengobatan, pastikan klinik yang akan dikunjungi memiliki izin praktek.
Ketua Ortopedi Spine Indonesia dan Perhimpunan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia, dr Didik Librianto menjelaskan, chiropractic tidak termasuk dalam ilmu kedokteran, melainkan pengobatan tradisional.
"Chiropractic itu bukan bagian dari pendidikan ortopedi. Kita dari bagian tulang belakang tidak mengenal chiropractic," papar Didik di Jakarta.
Menurutnya, dokter ortopedi tidak boleh melakukan manipulasi berlebihan seperti terapi chiropractic. Sebelum melakukan pengobatan, dokter ortopedi harus melakukan pemeriksaan secara detail.
"Kita, kan nggak tahu di dalam ada infeksi tulang, apa ada yang rusak, tumor, pergeseran bantalan, kelainan bentuk, semua harus diperiksa dulu detail dulu baru kita tahu," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Dr I Oetama Marsis, SpoOG (K) mengatakan, untuk menjadi terapi chiropractic (chiropractor) harus melalui beberapa tahapan dan dilakukan oleh mereka yang memiliki basic kedokteran atau tidak.
"Untuk menjadi chiropractor pastinya harus dengan baik menguasai anatomi tubuh. Karena chiropractic ini dilihat tujuan awalnya, merupakan suatu terobosan dalam pengobatan neuromusculoskeletal terkait tulang belakang. Dokter wajib pelajari anatomi, peredaran darah untuk melihat ada kelainan tulang punggung," kata dia.
(sbn)